Saat itu memang Kepala Protokol baru pulang malam. Gus Dur lalu menelepon menggunakan nomor ajudannya pukul 04.00 WIB pagi. Kebetulan yang menganggat telepon istri Kepala Protokol. “Jadi pas di layar HP muncul nama ajudan kan. Diangkat sama istrinya dengan nada tinggi “Siapa inih?” “Abdurrahman,” jawab Gus Dur. “Mau ngapain!” tanya istri protokol dengan nada tinggi. “Mau bicara sama Pak Wahyu ada?” jawab Gus Dur dengan logat Jawanya. “Nggak ada! Tidur Pak Wahyu! Jam segini kok masih telepon aja,” katanya sambil memutus sambungan telepon. Lalu Gus Dur menelepon kembali. “Siapa ini?” tanyanya. “Abdurrahman,” jawaban yang sama diucapkan Gus Dur. “Heh nggak tahu apa jam segini, ini waktunya orang tidur. Kalau perlu besok pagi aja, ganggu orang tidur!” lalu telepon ditutup.
Suara istri protokol yang keras itu membuat suaminya terbangun. Si suami lalu bertanya. “Siapa Mah?” “Nggak tahu tuh Abdurrahman,” jawab si istri dengan nada kesal.
Lalu si suami melihat layar di HP, kaget bukan main saat dia tahu bahwa yang menelepon tadi ternyata Presiden. “Mahhhh… itu Presiden!”. Istrinya tak kalah kaget dan langsung lemas. “Haaaaaah! Gimana Pak saya ngomelin Presiden?” Lalu setelah insiden itu, Ketua Protokoler Istana itu meminta maaf. Gus Dur tidak marah, dia hanya tertawa saja.
@pecintagusdur